Makaila Haifa
Pesan akan dijawab dalam beberapa jam
Hi, Welcome to Makaila Haifa, What can we do for you?
Mulai Percakapan

SEEKING SAFETY, Mishka Project for World Refugee Day 2022. Perempuan Pengungsi Berdaya

Terakhir diperbarui: 6 Nov 2023  |  58 Tinjau  | 

SEEKING SAFETY, Mishka Project for World Refugee Day 2022. Perempuan Pengungsi Berdaya

Indonesia adalah negara transit untuk para pengungsi. Per November 2021, UNHCR mencatat 13.175 (pengungsi dan pencari suaka) yang berada di Indonesia. Dimana 74% nya adalah kelompok perempuan. Ada ribuan pengungsi dan pencari suaka tersebut sedang menghadapi persoalan hak asasi yang berat. Beberapa hak-hak dasar seperti mendapatkan pendidikan, mengakses kesehatan, dan bekerja, masih belum bisa didapatkan oleh para pengungsi dari luar.

Selama berada di Indonesia mereka hidup dari bantuan yang sangat terbatas & tanpa kepastian kelanjutannya. Bantuan tersebut juga belum tentu dapat memberikan makna bagi eksistensi mereka sebagai manusia. Karena itulah, penting bagi mereka untuk melakukan aktualisasi diri, meski mereka hidup dengan berbagai pembatasan.

Aktualisasi mereka bisa tersalurkan jika ada keterlibatan kelompok masyarakat. Keterlibatan kelompok masyarakat – organisasi sipil dan swasta, kepada para pengungsi tidak lah cukup dengan melibatkan diri dengan memberi bantuan materi semata. Tapi yang terpenting adalah ruang.

Misi memberi ruang aktualisasi bagi para pengungsi perempuan itulah misi dari modest wear Fashion Makaila Haifa lewat kegiatan on profitnya bernama “Miskha Project”. Miskha Project bekerja sama dengan UNHCR & komunitas #WEGOTYOURBACK_ID ingin memberi ruang aktualisasi bagi kreativitas para perempuan pengungsi yang tinggal di Indonesia, karena mereka adalah individu dengan bermacam keahlian.

Seperti Nazanin Jan Ali, pengungsi perempuan asal Afganistan, yang piawai berbahasa Inggris. Dia mendedikasikan keahliannya itu dengan menjadi pengajar untuk para pengungsi anak-anak hingga dewasa. Lalu, Jafari Freshteh dari Afganistan yang membuat karya lukisan dengan cat air & akrilik sebagai hobby dan sumber penghasilannya sebagai orangtua tunggal. Ada juga Marofa yang juga berasal Afganistan dengan karya lilin aromaterapinya. Terakhir ada Maryam juga asal Afganistan, yang membuat karya seni keramik dari bahan baku tanah liat.

Seperti Nazanin Jan Ali, pengungsi perempuan asal Afganistan, yang piawai berbahasa Inggris. Dia mendedikasikan keahliannya itu dengan menjadi pengajar untuk para pengungsi anak-anak hingga dewasa. Lalu, Jafari Freshteh dari Afganistan yang membuat karya lukisan dengan cat air & akrilik sebagai hobby dan sumber penghasilannya sebagai orangtua tunggal. Ada juga Marofa yang juga berasal Afganistan dengan karya lilin aromaterapinya. Terakhir ada Maryam juga asal Afganistan, yang membuat karya seni keramik dari bahan baku tanah liat.

Misi Miskha Project adalah menjadi bagian dari komunitas dunia untuk memberi ruang aktualisasi kepada pengungsi perempuan. Dan para undangan yang hadir dalam acara akan mengambil bagian dalam acara lelang dan pembelian produk yang hasilnya akan didonasikan untuk para pengungsi tersebut.

Powered by MakeWebEasy.com
Website ini menggunakan kukis untuk pengalaman terbaik Anda, informasi lebih lanjut silakan kunjungi Kebijakan Privasi  dan  Kebijakan Kukis